5 Pendekar Elemen
Writte By:
Moh. Firman Tajul Arifin
Chapter 2 : Si Kutu Buku Yang Berkembang
"Apa kau tidak khawatir muridmu mengemban tugas ini?" Tanya Shira.
"Tidak, karena dia sudah berubah saat pertama kali aku bertemu dia." Jawab Soryo.
Chapter 2 : Si Kutu Buku Yang Berkembang
"Apa kau tidak khawatir muridmu mengemban tugas ini?" Tanya Shira.
"Tidak, karena dia sudah berubah saat pertama kali aku bertemu dia." Jawab Soryo.
Di
perjalanan Sumato terus merenung memikirkan cara agar ia bisa menemukan kelima pendekar
elemen itu.
"Bagaimana
caraku untuk menemukan mereka?" Gumam Sumato.
"Tapi aku tidak boleh mengecewakan guru, selama ini dia sudah berjasa kepadaku." Guman Sumato.
"Tapi kalau dipikir pikir dulu aku sangatlah lemah, dan hanya menghabiskan waktuku di dalam perpustakaan." Gumam Sumato sambil merenung.
"Hei Sumato, Apa kau tidak ingin bermain diluar? Sudah seharian ini kau hanya membaca buku pelajaran itu." Tanya penjaga perpustakaan.
"Sebenarnya aku juga ingin bermain diluar, tapi kan bapak tahu kalau tubuhku ini sangat lemah dan ibu juga melarangku bermain di luar." Jawab Sumato.
"Tapi kalau terus seperti ini, kau akan tenggelam dalam lautan kesepian." Ucap penjaga perpustakaan.
"Tidak apa apa. Sudahlah aku ingin pulang, sampai bertemu lagi pak." Jawab Sumato sambil meninggalkan perpustakaan.
"Tapi aku tidak boleh mengecewakan guru, selama ini dia sudah berjasa kepadaku." Guman Sumato.
"Tapi kalau dipikir pikir dulu aku sangatlah lemah, dan hanya menghabiskan waktuku di dalam perpustakaan." Gumam Sumato sambil merenung.
"Hei Sumato, Apa kau tidak ingin bermain diluar? Sudah seharian ini kau hanya membaca buku pelajaran itu." Tanya penjaga perpustakaan.
"Sebenarnya aku juga ingin bermain diluar, tapi kan bapak tahu kalau tubuhku ini sangat lemah dan ibu juga melarangku bermain di luar." Jawab Sumato.
"Tapi kalau terus seperti ini, kau akan tenggelam dalam lautan kesepian." Ucap penjaga perpustakaan.
"Tidak apa apa. Sudahlah aku ingin pulang, sampai bertemu lagi pak." Jawab Sumato sambil meninggalkan perpustakaan.
Di
perjalanan Sumato melihat sekelompok anak anak yang sedang berlatih menggunakan
katana. Lalu Sumato berhenti sejenak untuk memperhatikan mereka. Tidak disangka
Sumato juga sedang diperhatikan oleh seorang laki laki yang ada dibelakangnya.
"Sepertinya
kau tertarik untuk menjadi seorang samurai." Ucap laki laki tersebut.
Dengan kaget
Sumato langsung menoleh kebelakang.
"Tidak,
aku hanya kebetulan lewat." Jawab Sumato.
"Kau mungkin bisa membohongi dirimiu sendiri tetapi kau tidak bisa membohongiku. Aku berani taruhan kalau kau akan datang lagi kesini besok." Jawab lelaki tersebut.
"Sudah kukatakan bahwa aku sama sekali tidak tertarik dengan permainan bodoh itu." Jawab Sumato sambil meninggalkan lelaki tersebut.
"Kau mungkin bisa membohongi dirimiu sendiri tetapi kau tidak bisa membohongiku. Aku berani taruhan kalau kau akan datang lagi kesini besok." Jawab lelaki tersebut.
"Sudah kukatakan bahwa aku sama sekali tidak tertarik dengan permainan bodoh itu." Jawab Sumato sambil meninggalkan lelaki tersebut.
Diperjalanan
Sumato terus memikirkan kata kata lelaki tersebut. Sampai dirumahpun ia belum
bisa berhenti memikirkannya.
Keesokan
harinya, seperti biasa Sumato pergi ke perpustakaan tetapi kali ini
perpustakaannya ditutup. Sumatopun keheranan lalu dia bertanya ke seorang laki
laki.
"Permisi,
kenapa perpustakaan ini di tutup?" Tanya Sumato.
"Aku juga tidak tahu, tapi kudengar penjaga perpustakaannya sedang sakit jadi perpustakaan ditutup untuk sementara." Jawab laki laki itu.
"Aku juga tidak tahu, tapi kudengar penjaga perpustakaannya sedang sakit jadi perpustakaan ditutup untuk sementara." Jawab laki laki itu.
Dengan
sangat kecewa Sumato pergi meninggalkan perpustakaan.
"Apa
yang harus aku lakukan? Aku tidak punya aktifitas lain selain membaca
buku." Gumam Sumato kecewa.
Sumato
berjalan dengan perasaan sedih dan tanpa sadar ia sampai di tempat anak anak
latihan menggunakan katana kemarin. Dengan sangat sedih. Sumato memperhatikan
mereka.
"Sepertinya
aku menang taruhan." Ucap laki laki di belakang Sumato.
Dengan
terkejut Sumato menoleh kebelakang.
"Kau
lagi." Jawab Sumato.
"Hei ada apa? Tidak seperti biasanya kau lesu seperti ini?" Tanya lelaki tersebut.
"Biasanya? Kita baru bertemu dua kali dan kau bilang biasanya?" Tanya Sumato keheranan.
"Apa kau pikir aku tidak tahu? Setiap hari kau datang kesini dan aku selalu melihatmu memperhatikan mereka." Jawab laki laki itu.
"Ngomong ngomong kau ini siapa? Kita sudah bertemu dua kali tapi sampai saat ini aku belum tahu namamu." Tanya Sumato.
"Aku Soryo, aku guru yang melatih mereka semua." Jawab Soryo.
"Jadi kau ahli katana?" Tanya Sumato.
"Begitulah. Hei kau sebenarnya kenapa?" Tanya Soryo.
"Perpustakaan ditutup." Jawab Sumato.
"Lalu apa masalahnya?" Tanya Soryo.
"Selama ini aku selalu menghabiskan waktuku didalam perpustakaan jadi aku bingung harus bagaimana?" Jawab Sumato.
"Bagaimana kau belajar menggunakan katana?" Saran Soryo.
"Apa untungnya aku belajar menggunakan katana?" Tanya Sumato.
"Bukankah kau tertarik dengan katana? Dan bukankah mimpimu menjadi seoarng samurai?" Tanya balik Soryo.
"Bagaimana kau tahu?" Tanya Sumato heran.
"Aku bisa melihat keinginan itu didalam hatimu." Jawab Sumato.
"Tapi itu hanya impian masa kecilku, aku sudah lama membuang cita cita itu." Ucap Sumato.
"Kenapa kau membuang cita cita itu?" Tanya Soryo.
"Aku sadar kalau aku tidak mungkin menjadi samurai dengan tubuh yang lemah ini." Jawab Sumato.
"Apa kau akan membiarkan tubuh lemah itu menghalangi cita citamu? Apa kau akan menyerah secepat itu?" Tanya Soryo.
"Tapi itu jelas tidak mungkin menggunakan tubuh ini." Jawab Sumato.
"Justru dengan mengejar cita citamu itu akan membuat tubuhmu lebih kuat." Ucap Soryo.
"Bagaimana bisa?" Tanya Sumato.
"Nanti kau akan tahu sendiri, cepat ambil katana ini mulai besok kita akan latihan." Jawab Soryo.
"Hei tapi aku belum menyutujuinya." Ucap Sumato sambil mengejar Soryo.
"Hei ada apa? Tidak seperti biasanya kau lesu seperti ini?" Tanya lelaki tersebut.
"Biasanya? Kita baru bertemu dua kali dan kau bilang biasanya?" Tanya Sumato keheranan.
"Apa kau pikir aku tidak tahu? Setiap hari kau datang kesini dan aku selalu melihatmu memperhatikan mereka." Jawab laki laki itu.
"Ngomong ngomong kau ini siapa? Kita sudah bertemu dua kali tapi sampai saat ini aku belum tahu namamu." Tanya Sumato.
"Aku Soryo, aku guru yang melatih mereka semua." Jawab Soryo.
"Jadi kau ahli katana?" Tanya Sumato.
"Begitulah. Hei kau sebenarnya kenapa?" Tanya Soryo.
"Perpustakaan ditutup." Jawab Sumato.
"Lalu apa masalahnya?" Tanya Soryo.
"Selama ini aku selalu menghabiskan waktuku didalam perpustakaan jadi aku bingung harus bagaimana?" Jawab Sumato.
"Bagaimana kau belajar menggunakan katana?" Saran Soryo.
"Apa untungnya aku belajar menggunakan katana?" Tanya Sumato.
"Bukankah kau tertarik dengan katana? Dan bukankah mimpimu menjadi seoarng samurai?" Tanya balik Soryo.
"Bagaimana kau tahu?" Tanya Sumato heran.
"Aku bisa melihat keinginan itu didalam hatimu." Jawab Sumato.
"Tapi itu hanya impian masa kecilku, aku sudah lama membuang cita cita itu." Ucap Sumato.
"Kenapa kau membuang cita cita itu?" Tanya Soryo.
"Aku sadar kalau aku tidak mungkin menjadi samurai dengan tubuh yang lemah ini." Jawab Sumato.
"Apa kau akan membiarkan tubuh lemah itu menghalangi cita citamu? Apa kau akan menyerah secepat itu?" Tanya Soryo.
"Tapi itu jelas tidak mungkin menggunakan tubuh ini." Jawab Sumato.
"Justru dengan mengejar cita citamu itu akan membuat tubuhmu lebih kuat." Ucap Soryo.
"Bagaimana bisa?" Tanya Sumato.
"Nanti kau akan tahu sendiri, cepat ambil katana ini mulai besok kita akan latihan." Jawab Soryo.
"Hei tapi aku belum menyutujuinya." Ucap Sumato sambil mengejar Soryo.
"Dan
sejak saat itu aku mulai berkembang dari seorang yang memiliki tubuh lemah
sampai menjadi seorang samurai sampai saat ini." Gumam Sumato.
Tiba-tiba
Sumato menghentikan langkahnya sejenak.
"Benar
aku tidak boleh menyerah, aku tidak akan menjadikan penghalang ini
menghalangiku, aku tidak akan menyerah secepat itu." Ucap Sumato.
Lalu
Sumatopun melanjutkan perjalanannya mencari kelima pendekar elemen.
"Kau
benar sepertinya mulai berkembang saat perpustakaanku ditutup, dan menjadi
seorang samurai yang hebat." Ucap Shira.
"Tidak hanya itu, dia bukan hanya seoarang samurai yang hebat tapi dia juga seorang samurai yang pintar berkat buku buku di perpustakaanmu itu, Shira." Jawab Soryo
"Tidak hanya itu, dia bukan hanya seoarang samurai yang hebat tapi dia juga seorang samurai yang pintar berkat buku buku di perpustakaanmu itu, Shira." Jawab Soryo
つ づ く…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar